Kadang jujur itu membawa rasa sakit,
Sakit disaat melihat kecurangan menggeliar sementara tanpa ada yang tau kecuali Allah seseorang tersebut menjaga diri untuk jujur.
Jadi inget Saat zaman ujian kuliah OR 1, kuliah tersulit yang aku alami. Cuma pasrah ngeliat lembar ujian tanpa bergeming. Tidak terpikir sedikit pun mengikuti riuhnya kelas yang sudah saling mencontek. "Aku siap ga lulus, asal lulus dihadapan-Nya sebagai orang yang jujur"-ungkap ku menguatkan diri meski mata sudah berkaca-kaca.
Atau zaman ujian kuliah PDD (Product Design and Development) kalau tidak salah, yang dosennya salah satu dosen teliti sejagad kampus ku. Sekelas kompak bawa contekan di bawah kursi, kompak karena kami merasa berhak melakukan itu. Tapi alih-alih melihat contekkan yang sudah prepared dibawah kursi seperti teman-teman lainnya. Aku malah nangis sebelum ujian, merasa bersalah "kenapa bisa aku berniat seperti itu?". Dan contekkan itu ga jadi digunakan. Biarlah kalo konsekunsinya nilai D atau E, dari pada di hati mengganjal.
Kalau starting untuk mendapat nilai di ijazah saja sudah palsu, bagaimana ijazah ini pantas disubmitkan sebagai "ijazah dengan nama ku". Bagaimana nasib keberkahan selanjutnya dari ijazah tersebut.
Kadang menghakimi diri, kenapa harus menjadi yang "bukan mainstream". Cari nilai versi mudah lebih gampang dengan nyontek, fikir negatif ku sempat menghinggap. Dan jawabannya "Justru disana spesialnya, di balik itu ada keberkahan berlimpah". Nasib baik akan mengikuti orang yang bersabar dalam kebaikan.
Daya ingat jangka panjang terhadap suatu materi perkuliahan lebih panjang, karena aku mempelajarinya melalui proses (bukan nilai instant). Next time saat aku mengalami experience nyata tertentu aku bisa beranalisis mengaitkannya dengan teori, karena saat membaca hal tersebut masih terecord sebagai informasi.
Aku puas dengan berapa pun nilai ku, karena it is my best effort.
Bahkan pernah aku mengkomen dosen untuk mengubah nilaiku, karena beliau memberi ku nilai yang lebih tinggi dari nilai asli ku. Kelihatannya beliau salah memeriksa kunci jawaban. Sekalipun nilai semakin kecil, namun tetap terasa melegahkan. Karena aku bisa tau sebarapa paham aku dengan perkuliahan tersebut.
Sekalipun bukan berada lagi di perkuliahan tertentu (semester sebelumnya), Inshallah masih mempunyai gambaran tentang perkuliahan tersebut. Atau ada mata kuliah yang masih terlekat konsep berfikirnya di kepala. Atau ada yang masih teringat setidaknya sekilas mengenai bab-bab yang dibahas di dalam text book mata kuliah tersebut. Dan hal tersebut kecil kemungkinan bisa kita dapat kalau hidup bergantung pada contekkan dan jawaban instant.
Ada yang bilang "nilai ga penting untuk karir". Yah benar!, kalau gitu kenapa kamu kudu nyontek kan.
"#IPK gede bukan segalannya, tapi bagaimana cara kita mendapatkan #IPK tersebut adalah segalanya."
Sometimes justru ada company yang meng-interview karyawannya dengan menanyakan beberapa matkul (mata kuliah) terkait. Nah bagi si penggemar nyontek, tentu ini akan jadi nasib buruk mereka. Meskipun ada perusahaan yang menjadikan nilai sebagai kunci masuk ke perusahaannya. Contohnya, perusahaan Schlumberger (service oil & gas), diperusahaan ini mempersyaratkan applicant dengan minimum IPK 3,00. Itu artinya, kalo kamu belum punya nilai ini sudah pasti ditolak saat tahap awal. Namun saat masuk tahap selanjutnya, biasanya nilai sudah diabaikan. Kamu akan dituntut untuk menunjukkan skill nyata kamu, atau beragam test lainnya.
Mahasiswa dengan mental pencontek akan cenderung terbiasa mendapatkan kemudahan. Ini jadi efek negatif saat mereka di dunia kerja yang kompetitif. Disanalah budaya secara tak langsung akan mengganggu keterlanjutan karir.
Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi kalau "pemilik-pemilik ijazah palsu" (pencontek) tersebut masuk ke dunia pemerintahan. Sangat dikuatirkan kalau mental berlaku curang akan memudahkan mereka untuk melakukan praktik korupsi (Nauzubillah). Itulah sebabnya prilaku mencontek saat Ujian (Kuis, UTS, atau pun UAS) sangat dikecam para dosen. Salah satu alasannya adalah mencegah hal tersebut menjadi watak mahasiswa.
Toh dengan #Tanpa mencontek, #IPK kita tidak akan menjadi buruk. Jika belajar serta berdo'a dengan bersungguh-sungguh.
Say No to #Mencontek yuk, Para mahasiswa. grin emoticon
Say Yes to #IPK Gede #Tanpa #Mencontek
(Picture Source: FB Majalah Ummi)
*Wallahu 'allam bishawwab
0 comments:
Post a Comment