Hari itu tepatnya tanggal 1 febuari jam 18.25 WIB adalah waktu keberangkatan aku ke Belanda, untuk kuliah satu semester ku di Saxion. Aku berangkat bersama rekan sekampusku, namanya Romi, yang juga mendapat beasiswa dari kampus kami. Sebenarnya jadwal pesawat kami jam 19.05, tapi karena diperkirakan penerbangan ini akan tiba terlambat saat transit di kuala lumpur maka jadawal kami dipindahkan ke jadwal yang lebih cepat. Disini perjalanannya dimulai, saat itu tepat pukul 18.09 Romi memanggilku untuk pergi ke ruang tunggu, sebenarnya aku sudah mengajaknya masuk ke ruang tunggu lebih awal tapi dia ngeles minta jam 18.09. Alhasil waktu yang sudah sangat mepet, membuat kami harus berlari terengah-engah karena ditunggu pesawat. Alhamdulillahnya, kami bisa kedapetan jadwal pesawat meski sepanjang lari tadi kami sampai dimarahin awak pesawat karena datang belakangan.
Sambil menghela nafas panjang, dan agak melolot aku bilang ke temanku itu "Ini terakhir kalinya masuk ke ruang tunggu di waktu yang mepet". Dan dalam hati ku juga ngomong, ini terakhir kalinya juga buat aku ngikutin "ngelesan" kamu yang sangat beresiko. Bayangin aja kalo kita bener ketinggalan pesawat. Sama dengan ngehangusin duit belasan juta.
Benar-benar jadi bahan pelajaran berati: JANGAN PERNAH MEPET MASUK KE RUANG TUNGGU PESAWAT.
(source: google picture)
Segala puji bagi Allah....perjalanan dilalui dengan lancar. Negara pertama tujuan pesawat adalah malaysia, jadi kami transit sebentar di bandara internasional mereka. Dan saat seperti ini mulai kerasa betapa bermanfaatnya smartphone itu. Karena koneksi telekomunikasi bermasalah akibat jaringan internasional plus kena tarif roaming mahal banget (padahal pulsa aku cuma puluhan ribu saja). Satu-satunya harapan adalah sinyal wiffi untuk ngakses internet dan berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia dari jejaring sosial untuk ngasih kabar perjalanan.
Nah gambar diatas beberapa hasil jepretan selama nunggu keberangakatan ke Belanda. Agak dag-dig-dug soalnya ini penerbangan pertama aku keluar Negeri. Dan untuk pertama kalinya juga aku naik pesawat dengan ukuran segede itu, dan fasilitas serta pelayanan yang sangat baik. Alhamdulillah. Selama diperjalanan tidak perlu khawatir dengan makan dan minum karena hampir tiap waktu disediakan oleh awak pesawat. Justru pas aku bawa minum di tas, malah disuruh dibuang sebelum masuk pesawat. Jadi memang lebih baik tidak udah bawa minum apapun kecuali saat diruang tunggu memang mau langsung dihabisin airnya.
Okay, dan Alhamdulillah tibalah kami bandara tujuan akhir (Schipol International), photo di atas ini jepretan waktu lagi nunggu kereta antar kota dari Schipol ke kota tujuan ku Enschede. Di sini kami bertemu dengan seorang wanita berjilbab paruh bawa bernama Bu Nisa, ternyata kami searah dengan kereta yang sama. Perjalanan jadi semakin nyaman karena syukurnya ada Bu Nisa yang sangat berbaik hati untuk membantu mengarahkan kami menaik kereta yang benar. Kabar buruknya saat diperjalanan Bu Nisa nyaris dicopet tasnya, untungnya saat itu beliau sigap untuk memegang erat tasnya. Tak terbayangkan kalo itu terjadi... hati jadi semakin dag-dig-dug, tapi kali ini bukan karena nervous mau nyampe Enschede tapi jadi takut dengan modus-modus pencurian lagi.
Bener-bener jadi belajar: PASTIKAN TAS YANG BERISI BARANG BERHARGA SELALU DIGENDONG DAN SEBAIK MUNGKIN UNTUK TIDAK TERLIHAT MENCOLOK. BISA DIAKALIN DENGAN MENYEMBUNYIKAN TAS KITA KE DALAM JAKET. DAN JANGAN TERKECOH KALO ADA ORANG SEDANG RIBUT, ITU CUMA MODUS.
Sebelum beliau turun di kota tujuannya dengan tanpa di duga memberikan kami hadiah 40 Euro sebagai hadiah untuk anak kuliah. Subhanallah... Semoga Allah membalas kebaikan beliau. Dan karena Bu Nisa orang Malaysia, jadi kalo pun kami ngobrol pake bahasa Indonesia masih dapat saling mengerti.
Sesampainya kami di Enschede, betapa bahagianya karena akhirnya "Dream comes true". Kotanya indah banget, dan pagi yang cerah itu kami sudah dijemput temen lama yang udah 6 bulan ketemu (namanya Reza) dan juga di jemput pihak kampus tempat kami kuliah di sana.
0 comments:
Post a Comment