Akhir bulan febuari adalah masa yang akan selalu teringat di memori. Karena masa itu momen nya aku & suami dapat kejutan kehamilan anak pertama kami. Fyi, di bulan ini corona sudah menjadi pemberitaan di Indonesia.
2 hari berlalu, aku penasaran kenapa belum haid lagi yah. Padahal aku tipe wanita yang haid nya sangat teratur atau lebih cepat dari biasanya, kalau pun tanggal nya kegeser lebih lama-paling cuman sehari. Sebenarnya tangan sudah gatal pengen test pack. Cuman takut kecewa karena 3 kali berturut-turut di bulan sebelumnya test pack hasil nya negative.
Sebenarnya kami terhitung penganten anyar saat itu, baru 05 Oktober 2019 menikah. Tiap bulan setelah menikah, aku selalu test pack, saking exitednya pengen hamil & punya keturunan. Bukan karena ditanyain teman-teman "Udah isi belum?", tapi karena dari dulu sudah suka anak kecil & sudah merindukan punya anak sendiri. Back to the story, aku pun nunggu lagi kondisi telat haid nya (sekitar 5 hari) untuk meyakinkan hati buat test pack. "Kali ini kalau sampe negative lagi, hancur hati ku"-gumam ku dalam hati. Pada saat itu feeling ku, seperti ada sesuatu yang ngegantung di bagian entah rahim entah bagian mana. Seolah-olah sesuatu yang menggantung itu kayak mau jatuh, tapi ga jatuh. Aku pikir mungkin saja mau haid, cuman karena kurang gerak. Makanya haid nya ketahan dan bikin efek rasa kayak ngegantung begini. Tapi di sisi lain aku juga berharap semoga ini hamil, karena faktanya aku memang telat datang bulan. Cuman tanda-tanda kehamilan seperti yang aku tau pada dari google, seperti mual, lemas, kram perut, bercak merah muda, & sejenisnya itu tidak ada. Aku pun berusaha netral, berharap tapi berpasrah. Sampai tiba saat nya hari itu, aku beli 1 pc test pack hanya 1 pc. Dan dengan hati-hati melakukan proses nya, "MasyaAllah 2 garis merah!". Aku gemeteran, speechless, bersyukur, & langsung teriak panggil-panggil suami untuk ke tempat ku segera. "Mas-Mas, ke sini mas!, mas-mas ke sini!", udah kayak ada darurat tingkat tinggi. Suami ku datang dan aku pun nunjukin serta sampaikan hasil test pack ku ke dia. Dia speechless tapi tidak percaya, sampai nanya ulang emang benar cara baca test pack nya kayak gitu. Aku mengerti dia agak trauma karena pernah salah sangka dikiranya aku hamil dari bulan kedua kami menikah. Saat itu dia sampai udah cerita sana-sini, happy banget. Dan ternyata hasil test packnya negative, bahkan sampai aku cek berkali-kali pun negative. Itu sedih banget sih. Jadi di moment ini, kami tidak langsung kabari sana-sini. Bahkan orang tua ku juga tidak ku kabari dulu. Sampai kami datang ke dokter spesialis kandungan & beliau merespon baik test pack positive itu. Tapi kami diinfokan mesti datang lagi ke sana di bulan maret karena kantung kandungan nya belum kelihatan. Dan di akhir maret kami datang lagi, Alhamdulillah hasilnya dokter merekonfirmasi bahwa aku hamil dengan usia kandungan 5 weeks (sebulan lebih 1 minggu). Aku & suami speechless, terharu, dan sangat bahagia sekali dengan anugrah dari Allah SWT ini.
Hanya selang beberapa hari setelah pengecheckan kehamilan itu, kantor kami resmi memberlakukan WFH (Working From Home) dengan gelombang pertama adalah bagi yang sedang hamil/ memiliki penyakit tertentu. Aku masuk kategori yang sedang hamil sehingga Alhamdulillah aku sudah dapat izin WFH yang sangat memudahkan aktifitas ku. Sangat memudahkan, karena tampat tinggal ke kantor ku cukup jauh. Biasanya aku naik kendaraan umum. Dan itu mesti 4 kali ganti kendaraan, butuh banyak jalan gerak & dempet sana-sini. Saat WFH aktifitas pergi-pulang kantor dieliminasi membuat waktu lebih efisien, budget transportasi juga bisa dialihkan, energi bisa simpan, & resiko terpapar dari orang-orang unidentified di public transportation juga bisa sangat berkurang. Bangung pagi aku sarapan, lalu mulai isi absen dan trade record kesehatan pagi hari, dan mengemail rencana kegiatan harian. Aktifitas pun bisa dilakukan dengan fleksibel karena berorientasi pada hasil. Dan hari-hari ditutup isi absen check out, lalu mengemail report hari itu ke atasan.
Saat hamil, aku tidak lagi ke rumah sakit buat konsultasi bulanan. Akan tetapi secara mandiri mempelajari kondisi kehamilan dari youtube, dan tau kapan saat nya urgently perlu pergi ke rumah sakit ibu & anak. Kenapa?karena menurut penjabaran dokter SPOG yang aku tonton, corona itu lebih berbahaya daripada tidak konsul ke dokter seperti biasa nya. Dan seberapa cepat & masive nya penularan di rumah sakit itu tidak ada yang tau. Makanya jika tidak ada keperluan urgent untuk ke rumah sakit, sebaik nya jangan ke rumah sakit. Tanda utama ibu hamil (yang belum mendekati masa kelahiran) mesti ke rumah sakit di masa corona adalah jika terjadi pendarahan atau bercak. Jika semua nya relatif baik-baik saja seperti kondisi hamil pada umum nya, maka ibu hamil tidak perlu ke rumah sakit. InsyaAllah Aman.
Namun kodisi menjadi serba sulit saat WFH sudah tidak diberlakukan. Tepatnya mulai di akhir bulan juni ini. Aku mesti berangkat kerja dengan opsi public transporatation yang "semengikuti-mengikuti protocol" nya juga tetap saja kurang kondusif. Karena ya perlu dimaklumi bahwa jumlah karywan di jakarta ini sangat banyak, sementara jumlah armada masih terbatas. Sedangkan setiap orang tentu perlu masuk kerja ontime sehingga "apapun dilakoni". Kalau bagi orang yang tidak hamil tentu tidak terlalu masalah. Tapi bagaimana untuk ibu hamil?. Tentu aku tidak mau gambling, jadi bagaimana pun cara nya mesti cari pilihan dengan ikhtiar yang paling secure. Suami pun membantu dengan mengantar jemput dengan kendaraan pribadi, dan belakangan aku akhirnya mengekos di belakang kantor saat weekdays-agar cukup dengan berjalan kaki bisa tetap masuk kantor. Dan weekend, suami menjemput untuk pulang ke rumah, begitu pun seterusnya. InsyaAllah.
Dan hari ini adalah hari ke empat aku ngekos di daerah belakang kantor. Sedih si, karena jauh dari suami tapi bersyukur karena bisa mengupayakan perlindungan terbaik bagi anak ku di kandungan. Semoga kita semua aman dari wabah corona ini. Terutama para bumil karyawati di masa ini, tetap semangat. Semoga Allah lindungi kita & anak kita selau.. Amin Ya Rabbal Alamin..