Pages

Ads 468x60px

Labels

Thursday 25 June 2020

Hutang & Berhutang

Everybody have their own believe about "debt". Ada yang prinsipnya 100% say no to hutang. Ada juga yang bisa berhutang dengan beragam tolak ukur terlebih dahulu. Atau bahkan ada juga orang yang hobi berhutang, iya "hobi berhutang". Orang yang hobi berhutang cenderung punya sifat basic seorang yang tidak pernah merasa cukup. Sebenarnya sifat basic ini baik untuk dijadikan motivasi dalam bekerja, tapi bukan untuk berhutang yah. Sayang nya sifat "tidak pernah merasa cukup" ini diiringi dengan sifat tidak sabaran sehingga terjabaklah ia dalam lingkaran hutang.

Syukur, sabar, kerja keras, & do'a memang harus jalan beriringan. Tanpa syukur, orang akan tidak bisa bersabar. Tanpa sabar, orang akan malas bekerja keras. Jika kerja keras (atau ikhtiar) saja tidak ada, bagaimana mau do'a cepat terkabul.

Sayang nya ada trend di masyarakat kalau seseorang berhutang kepada rekan/saudara nya, yang lebih galak justru yang minjam hutang. Dan tidak bertanggung jawab untuk segera melunasi hutang nya. Dan kebalikan nya, jika mereka pinjam hutang nya bank, mereka akan berikhtiar semaksimal mungkin sampai gali lupang - tutup lubang ke orang sekitar nya. Sungguh miris, justru sama bank saat ditagih memelas dan sama  orang yang meminjamkan uang tanpa bunga yaitu ke rekan/saudara nya saat ditagih malah galak. That's we called "Tidak tahu berterimakasih".

Mindset nya mesti dibalik, justru kalau sama bank tidak perlu selebay itu. Karena kalau pun pembayaran terundur, mereka sudah dapat untung dari bunga. Bahkan kalau penghutang gagal bayar, mereka sudah punya asuransi untuk menggantikan sejumlah uang yang sudah mereka berikan ke nasabah. Belum lagi bank yang memberikan pinjaman dengan agunan juga punya jaminan berupa harta berharga penghutang, yang hasil jualnya sebagian akan mereka ambil untuk pelunasan & sebagian dikembalikan ke penghutang.

Berbeda dengan bank, pemberi hutang secara konvensional (atau mari kita sebut Hutang Lunak) baik itu dari rekan/saudara memberikan hutang dengan niat membantu tanpa bunga apalagi agunan. Modal nya adalah kepercayaan. Harusnya jauh lebih penting menjaga kepercayaan orang yang dengan baik hati memberikan pinjaman tanpa bunga dengan bertanggung jawab mengembalikan sesuai janji (dan kejelasan) & dengan sopan tentunya. "Bukan situ pinjam, situ janji, situ ditagih, eh situ malah galak". Kalau ketemu dengan orang kayak begitu, sebaiknya black list dia dari daftar orang yang akan diberikan pinjaman lagi. Satu kali dia berbuat, maka selamanya dia akan mengulangi. Karena kepribadian seseorang akan paling tercermin dari bagaimana seseorang berurusan dengan uang. Jika skala juta tidak bisa dipercaya, jangan harapkan keajaiban akan terjadi jika diberi kepercayaan skala puluh juta apalagi ratus juta. No way!.

Makadari itu sebelum berhutang pikirkanlah matang-matang berpuluh kali kalau perlu, apakah sanggup bertanggung jawab untuk mengembalikan. Kalau sanggup, untuk jangka waktu berapa lama?, apakah uang itu benar-benar dibutuhkan urgently? atau kah sebenarnya bisa diundur dengan menabung sendiri dulu?. Ya tanyakan lah sebanyak mungkin ke diri sendiri.

Hal-hal emegency yang masuk akal untuk berhutang adalah terkait keselamatan, misalnya berobat, kelahiran, pendidikan, atau bahan makan pokok. Jangan jadikan hal emergency untuk dapatkan pinjaman berlebih yang sebenar diluar yang dibutuhkan. Kebutuhan nya di cuman puluhan atau ratus juta, tapi pinjam sampai 1 Milyar. Itu bodoh finanacial nama nya.

Apakah modal usaha buruk dengan menggunakan hutang?. Jawaban nya tergantung. Jika sudah ada kontrak/ jaminan pembelian dari usaha tersebut, itu mungkin baik. Namun jika sebuah usaha yang masih spekulatif, baru ikut bidding atau baru buka toko atau baru buka brand, menurut saya itu akan memperburuk keadaan. Untuk hal-hal yang masih spekulatif, lebih baik untuk mencari modal dengan sistem bagi hasil. Jadi carilah orang-orang yang punya cash dan mau istilahnya mengambil saham dari bisnis yang sedang dirintis. Dengan begitu secara tidak langsung itu seperti hutang lunak, tidak ada bunga. Dan bisa didiskusikan jika bisnis ada kendala atau belum profit.

Lalu kalau sudah terlanjur punya hutang dan terlilit hutang bagaimana?. Simple, tau memulai berarti mesti bertanggung jawab mengakhiri. Ikhlaskan apa yang kamu miliki untuk menebus hutang mu, jangan pakai aset orang lain (pencuri/ perampok namanya itu). Kalau hutang nya dengan bank, coba pakai alternatif jalur negosiasi (sewa pengacara) agar dilepaskan dari beban bunga. Jika beruntung harta agunan tidak perlu sampai dilepaskan. Dan satu yang paling penting adalah JANGAN KEBIASAAN HUTANG LAGI!. That's it.

 




How to Make Pie Sus by @sumirat_pie


Cara membuat Pie Sus atau juga disebut Kue Lontar ala IG. @sumirat_pie


KULIT
1. margarin 1 bks
2. Tepung terigu 300gr
3. Telur 1
4. Vinili sdkt

ISIAN
1. Telur kuning 5
2. Telur utuh 3
3. Susu 1 kaleng
4. Air hanget almost satu keleng susu 
5. Vanili sdkt
6. Maizena seujung sendok
7. Susu Cair 1 kotak kecil

TEKNIK PEMBUATAN KULIT
Adon semua bahan sampai kalis, lalu diamkan 15 menit. Setelah itu pipihkan menjadi lembaran dengan ketebalan yang seragam. Lalu cetak dengan hati-hati ke cetakan, jangan sampai ada yang bolong atau tidak sempurna saling menempelnya. Pencetakan ke adonan kulit ini mesti dilakukan dengan cermat dan sabar. Setidaknya sisihkan waktu 45 menit konsentrasi melakukan pencetakan adonan dengan sempurna.

TEKNIK PANGGANG
Kulit -> suhu 150 CC selama 10- 15 menit
Isian -> suhu 150 CC selama 40 menit, dikira-kira CC sesuai kebutuhan selama 7-15 menit
Saat caian sudah mulai tidak goyang berarti siap diangkat / Jika sudah mulai ada bagian yang menggelembung segera angkat sebelum gelembung itu pecah. Sajikan.

Dari proses persiapan sampai dengan packing, @sumirat_pie membutuhkan setidaknya waktu 3-4 jam hanya untuk satu loyang Pie Sus. Man hour yang banyak ya, costing di proses pembuatan. Penasaran seperti apa kue nya?. Check di instagram toko kue nya di IG @sumirat_pie.

Biaya Transportasi Kerja Bulanan (Jakarta Timur/Bekasi - Jakarta Selatan)

Jakarta adalah pusat bisnis di Indonesia. Banyak sekali masyarakat di sekitar Jabodetabek yang berprofesi sebagai karyawan di berbagai perusahaan baik swasta, BUMN, mau pun kepemerintahan. Di tulisan blog kali ini, saya akan menjabarkan biaya transportasi umum setiap bulan bekerja untuk jalur Jakarta Timur ke Jakarta Selatan. Case perhitungan ini diambil dari pengalaman pribadi saya yang tinggal di Jakarta Timur (tepatnya di Pondok Kelapa) dengan posisi kantor di Jakarta Selatan (tepatnya di Cilandak). 
Sebagai informasi di sekitaran Jabodetabek terhubung beragam jenis transportasi umum, yakni:
  1. Busway Transjakarta
  2. Busway Transjabodetabek
  3. Bus Antar Kota
  4. Metromini
  5. Angkot
  6. Taxi
  7. KRL Commuterline
  8. MRT
  9. Ojek Online (Go-jek/ Grab-bike)
  10. Mobil Online (Go-car/ Grab-car)
Diantara beragam jenis di atas, biaya per km termurah adalah dengan menggunakan KRL Commuterline. Namun tidak semua area memiliki akses yang dekat dengan stasiun KRL. Dan biaya per km termahal adalah dengan menggunakan Taxi atau pun Mobil Online. Hal ini sepadan dengan kenyamanan dan keamanan fasilitas yang diberikan tentunya.
Dari segi kecepatan gerak per km, janis transportasi yang paling tepat adalah MRT. Namun sayang nya lintasan MRT sekarang masih sedikit jadi bisa dikombinasikan dengan Ojek Online untuk mencapai daerah yang dituju dengan waktu secepat-cepat nya.
Untuk karyawan wanita (karyawati) yang kerja full day (8 jam sehari) yang tinggal di pinggiran jakarta & bekerja di pusat jakarta, meskipun keluar (pulang) kantor jam 4 atau jam 5 sore akan sangat tidak masuk akal bisa sampai rumah sebelum matahari terbenam. Maka sangat penting juga untuk memprioritaskan keamanan & kenyamanan dalam perjalanan pergi-pulang bekerja. Makadari itu beberapa opsi kendaraan yang menurut saya cukup aman & nyaman adalah dengan MRT, Busway, Ojek Online, &/atau Mobil Online.
Saya biasa menggunakan kombinasi kendaraan MRT, Busway (baik Transjakarta/ Transjabodetabek), & Ojek Online. Alasan nya Busway realtif aman dari pencopet, drivernya tidak ugal-ugalan di jalan, nyaman karena menggunakan AC, ekonomis, dan setidak nya masih lumayan ada tempat duduk yang tersedia. Meskipun jalan nya lebih lambat karena tetap bisa terkena macet & terlalu mengikuti SOP laju kendaraan. Untuk mengakselerasi kecepatan, saya lanjutkan perjalanan menggunakan MRT. Karena beruntungnya halte busway sudah banyak yang terintegrasi dengan stasiun MRT. Di stasiun MRT juga bersih, modern, dan banyak fasilitas (termasuk mini mart & mushala). Saya selalu menikmati momen transit di staiun MRT, karena jadi kebawa suasana saat bekerja di jepang dulu. Dan Ojek Online adalah pelengkap segala kebutuhan. Karena sangat fleksibel, bisa dipesan dari mana pun. Dan lumayan cepat, jika sedang tidak macet. Contohnya, jika saya merasa kelamaan menunggu busway maka langsung saja order Ojek Online. Atau jika saya tidak tahu cara menuju ke alamat yang saya cari maka langsung saja order Ojek Online. Sesimpel itu!. Tarif nya "so-so", tidak murah tapi tidak juga mahal. Ketimbang waktu saya tertukar untuk nyasar-nyasar cari alamat atau menunggu ketidakpastian busway yang tidak nongol-nongol.
Berikut ini rincian biaya pergi-pulang bekerja saya dengan rute Pondok Kelapa - Jakarta Selatan,

A. Pergi Kerja,
  1. Rumah ke halte Busway Transjabodetabek terdekat (di Tol Jatibening) dengan Ojek Online: Rp 12,000;
  2. Dari Pintu Tol Jatibening ke tujuan MRT Senayan dengan Busway Transjabodetabek (rute Block M): Rp 16,000;
  3. Setelah turun di stasiun MRT Senayan, saya lanjut mengambil MRT (rute Lebak Bulus) untuk turun di stasiun MRT Fatmawati: Rp 9000;
  4. Hanya dalam 14 menit sudah sampai di stasiun MRT Fatmawati. Posisi stasiun sudah dekat gendung kantor saya, maka ada 2 opsi. Bisa naik Ojek Online, atau jika saya santai bisa dengan hanya berjalan kaki. Tapi saya biasa lebih sering lanjut pesan Ojek Online yang banyak mangkal tepat di samping stasiun. Jadi Ojek Online dari stasiun MRT ke kantor: Rp 10,000;
Maka total biaya pergi kerja saja adalah Rp 47,000;/ sekali jalan pergi. Selanjutnya kita point B.
B. Pulang Kerja
  1. Dari kantor ke stasiun MRT terdekat (MRT Fatmawati) dengan Busway Transjakarta yang selalu lewat samping kantor: Rp 3,500;
  2.  Di Stasiun MRT Fatmawati saya ambil MRT (rute Bundaran HI) untuk turun di stasiun MRT Senayan: Rp 9000;
  3. Setiba di stasiun MRT Senayan saya biasa istirahat shalat magrib dulu jika sudah keburu azan magrib. Namun jika belum, saya langsung menuju ke luar stasiun untuk menyetop Busway Transjabodetabek (Rute Bekasi atau Pintu Tol Jatibening) untuk turun di jatibening: Rp 16,000;
  4. Sesampai di jatibening akan ada mushala kecil yang bisa digunakan untuk shalat magrib, jika belum shalat. Lalu setelah itu saya melanjutkan perjalanan dengan Ojek Online untuk tujuan ke rumah: Rp 12,000;
Maka total biaya pergi kerja saja adalah Rp 40,500;/ sekali jalan pulang.

Jika ditotal makan biaya per sekali jalan pergi dan pulang adalah Rp 47,000; + Rp 40,500; = Rp 87,500;. Dengan asumsi satu bulan adalah 4 minggu kerja. Dan 1 minggu kerja adalah 5 hari kerja. Maka satu bulan kerja terdiri dari 20 hari kerja (paling minimal). Maka selama satu bulan kerja diperlukan Rp 87,500; x 20 hari = Rp 1,750,000; untuk biaya transportasi bekerja. 
Nah yang menggelitik adalah kira-kira biaya transportasi ini berapa persen dari gaji karyawan mayoritas di jakarta nya ya. Atau apakah ada tunjuangan transportasi sejumlah ini dari perusahaan tempat bekerja. Selamat mencari nafkah di Ibu Kota & Semoga berkah!.