Di akhir 2019, virus menular mulai mewabahi daratan china dan sekitar nya. Berita nya mulai merebak di saat tahun baru china di negara tersebut. Di banjiri dengan beragam video viral di media sosial seperti masyarakat china yang runtuh meninggal di jalan, atau video kondisi rumah sakit yang kewalahan dalam menangani pasien corona. Hal ini menimbulkan kekhawatiran juga untuk beberapa masyarakat negara-negara lain. Kuatir jika the worse case, wabah tersebut menjalar ke negara-negara lain nya. Terkhususnya negara ini, Indonesia.
Saat beritanya belum banyak di TV Nasional, suami saya sudah aktif sekali mencari informasi dari media sosial, dll. Dan dia sudah menyuruh saya bersiaga dengan mulai wajib pakai masker ketika tempat publik, apalagi saya bekerja menggunakan transportasi umum. Setidaknya untuk sampai kantor, saya mesti bertukar moda transoprtasi sebanyak 4 kali. Yang salah satu moda nya adalah Busway Transjabodetabek. Kondisinya sangat tidak kondusif di saat jam pulang kantor, atau jika berangkat kerja sedikit dari lewat jam biasanya. Karena jarak antar penumpang cukup berdesakan, dan kami bisa diberikan tempat duduk di mana pun (seperti di lantai bus, di tangga bus). Mayoritas orang tentu masih tidak menggunakan masker, dan ada yang bersin sesuka hati nya (tanpa menutup mulut, atau mengalihkan arah wajah) meski ada orang lain tepat didepan wajahnya. Maka saya yang awalnya juga tidak suka pakai masker saat dalam perjalanan karena merasakan "pengap" akhirnya memutuskan untuk harus memakai masker (mengikuti nasehat suami juga).
Saat itu masker masih banyak di mana-mana. Saya pilih beli masker hijab yang kualitasnya paling baik, toh harganya cuman Rp 6000 - Rp 8000 isi 5 pcs. Dan saya sudah sangat aware dengan kebersihan tangan saya, salah satu nya dengan selalu membawa handsanitizer ke mana-mana. Saat itu semua harga masih normal. Meskipun bagi orang seperti saya yang sebelumnya tidak memprioroitaskan masker, rasanya tetap saja "eman" atau mahal. Pikir saya, "ngapain make buang-buang uang padahal orang-orang ga ada yang make tuh".
Ya saya tetap jalani. Karena setelah dipikir-pikir dengan meningkatkan kehigienisan, kalau pun bukan dalam rangka corona setidaknya saya bisa terhindar dari virus influenza juga. Ribet bangetkan karena lagi kena influenza, meler-meler ingusan buat performa kerja menurun. Masuk ke 2020, corona semakin memarah di china dan negara-negara tetangga nya. Namun berita yang ada di TV Nasional kebanyakan messagenya meng-undervaluekan virus corona ini. Dan bahkan beberapa pejabat justru dengan jumawa mensosialisasikan bahwa Indonesia ini anti corona. Bahkan beberapa study ilmiah di USA (bahwa sudah ada setidaknya 8 orang dari negara sebesar Indonesia yang sebenarnya sudah terkena coron), pun ditolak tanpa kebijaksanaan untuk mengcroscheck hal tersebut di masyarakat. Dan paling ter-epic nya, saat ada seorang gubernur yang "di-bully" oleh beberapa pejabat. Karena gubernur tersebut, memberikan himbauan ke pada masyarakat nya untuk waspada karena corona bisa saja sudah masuk ke Indonesia (berdasarkan parameter-parameter yang sudah dikaji).
Tentu saja saya di kantor belum pakai masker, karena akan aneh. Jika tanpa alasan, saya pakai masker sampai ke ruang meeting. Jadi saya hanya pakai masker saat di public transportation & di lingkungan yang sangat padat selain kantor. Hemat saya, "ya lebih baik safety daripada sorry". Dua hari kemudian Presiden RI mengumumkan/merekonfirmasi bahwa benar Corona sudah masuk Indonesia. Seketika semua orang pakain masker, bahkan kantor menyediakan masker untuk karyawan-karyawan nya selama bekerja.
Harga masker pun melambung, bukan 2 kali lipat tapi berkali-kali lipat. How amazing khan.. Dan tentunya pejabat-pejabat yang dulu nyinyirin gubernur, di hati nya tahan malu dulu meremehkan pernyataan beliau. Banyak orang ketakutan sampai panic buying kebutuhan pokok. Dan juga parno kalau dengar ada orang batuk atau bersin. Bahkan saya sendiri suka parno kalau badan agak sedikit anget. Karena kalau ditarik ke belakang, aktifitas saya yang menggunakan transportasi umum sampai 4 kali bertukar dalam satu perjalanan itu bisa saja berpeluang bertemu orang dengan corona randomly-Wallahu'alam. Di tambah di beberapa hari terakhir saya sempat susah bernafas saat di dalam busway. Tapi karena saya memang ada riwayat sinusitis, dugaan saya saat itu karena hidung saya mampet ditambah kondisi sedang hamil muda yang mungkin saja membuat nafas terasa berat. Ya meski Alhamdulillah sudah dikonfirmasi dokter bahwa itu adalah kondisi kehamilan, bukan karena penyakit atau virus. Tapi namanya sebagai manusia biasa, saya tetap saja parno. Saya kuatir kalau saya pulang bawa virus juga untuk orang-orang rumah, terutama suami saya & anak saya di dalam kandungan.
Waktu berjalan, meski corona membumi di Jakarta, tapi semua orang terlihat saling bekerja sama untuk memerangi cobaan wabah ini. Hal itu terlihat dengan pemandangan setiap orang yang sudah menggunakan masker di jalan-jalan bahkan sampai di dalam kantor & swalayan. Dan juga begitu banyak akses untuk cuci tangan, ada banyak keran & sabun di sekitar mana pun. Saya paham bahwa cobaan ini untuk dilalui dengan ikhtiar maksimal & doa maksimal agar wabah ini diangkat. Saya rindu shalat di dalam masjid, saat ramadhan kemaren saya sangat rindu sampai tak kuasa menahan tangis karena ingin shalat, itikaf di masjid, & shalat hari raya. Harapan terbesar saya, kalau pun corona masih ada di Indonesia.. semoga masjid-masjid boleh digunakan kembali. Alhamdulillah sekarang masjid-masjid sudah dibukan kembali. Dan masyarakat bisa melaksanakan ibadah dengan kondisi yang telah disesuaikan.
Karena jiwa juga butuh makan & suplemen. Makanan dan suplemen nya itu adalah ibadah. Saat jiwa lemah, raga pun akan lemah. Jadi kalau shalat-shalat berjamaah sudah bisa diaktifkan kembali, saya merasa hidup sudah cukup normal kembali. Jiwa lebih bugar, raga pun lebih bugar. Bedanya sekarang kemana-mana mesti siap peralatan shalat atau sekalian saja berpakainya yang proper agar langsung di pakai shalat. Itu tidak merepotkan sama sekali. Karena dari aktifitas ibadah ini, kami bisa semakin banyak meminta kepada Rabb agar wabah ini diagkat dari bumi Indonesia.
Dalam masa corona ini, semua muslimah di Indonesia sedang "praktikum" memakai cadar dalam keseharian. MasyaAllah. Saat masa WFH kemaren, semua karyawan di Indonesia sedang dikasih "liburan spesial" karena sepanjang hari bisa melihat orang-orang tersayang. Dan sebagai seorang muslim, kita juga sedang "mengimplementasikan" perintah menjaga kebersihan dalam islam. Islam ga ada wabah pun, kita cuci tangan-cuci kaki minimal 5 kali sehari (dalam wudhu). Di islam, ga ada wabah pun kita memang disuruh makan makanan yang halal & toyib. Halal adalah segala objek atau kegiatan yang diizinkan untuk
digunakan atau dilaksanakan, dalam agama Islam. Contoh segala daging-dagingan halal, tentunya bukan daging kalilawar apalagi katak. Dan Toyib dengan makna baik untuk kesehatan/tubuh. Antara halal-toyib ditengahi kata "dan" bukan "atau". MasyaAllah khan.. sudah halal, toyib pula.
Semoga cobaan ini segara usai di Indonesia & seluruh dunia. Semoga Allah ampuni dosa kita, dan selamatkan kita dari wabah ini. Amin
Best Roulette Sites UK | Play Real Money Casinos
ReplyDeleteDiscover the best casinos in 사다리 사이트 the UK for the 망고 도매인 best roulette games. Find out everything 1bet you need to know golden star about roulette games.🎁 Top Roulette Sites: 파워 볼 검증 사이트 Videoslots🔥 Best Online Roulette Casinos: Videoslots🆝 Top Casino With Real Money Gambling Site: Casino.com